" Ajining Dhiri saka Kedaling Lathi, Ajining Salira saka Busana "
Nilai Diri seseorang terletak pada Gerak Lidahnya, Nilai Badaniah seseorang terletak pada Pakaiannya.

Fenomena Briptu Norman

Anggota Brigade Mobil di Gorontalo ini menjadi topik pembicaraan dalam seminggu ini. Briptu Norman Kamaru membuat orang tertawa senang melihat tingkahnya yang lucu ketika mengikuti gerakan menyanyi dan menari dari penyanyi terkenal India Shahrukh Khan.

Banyak orang langsung melihat ketika rekaman video Briptu Norman yang diunduh melalui YouTube, ditayangkan oleh Metrotv. Apalagi ketika kemudian dibandingkan dengan video asli dari cuplikan film Khan, Dil To Pagal Hai, orang akan tertawa terpingkal-pingkal karena Norman tampak menghayati betul tarian Khan.

Apa yang dilakukan Norman semakin menjadi perhatian ketika Kepolisian Republik Indonesia justru merasa keberatan dengan apa yang dilakukan anggota. Norman sempat terancam sanksi karena dinilai telah mempermalukan lembaga.

Apa yang dianggap salah dari apa yang dilakukan Briptu Norman. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengatakan bahwa pelanggaran yang dilakukan Briptu Norman menyanyi ketika sedang bertugas. Ia melakukan itu di pos penjagaan, sehingga dinilai mencoreng citra kepolisian.

Karuan saja banyak orang tidak sependapat dengan dasar pertimbangan  yang disampaikan Kadiv Humas. Sebab, setiap orang mempunyai selera seni. Untuk membuat pekerjaan tidak menjemukan, orang harus berupaya untuk selalu riang. Menyanyi atau bersiul merupakan bagian untuk menciptakan keriangan.

Dengan hati yang lebih riang dan gembira, pekerjaan justru menjadi lebih baik. Polisi bukanlah robot yang harus tampak kaku dan tegang. Briptu Norman justru mengubah citra Brimob yang selama ini dikesankan kaku dan bahkan kasar. Norman menunjukkan bahwa polisi dan Brimob adalah manusia biasa.

Bahkan ada yang menyatakan, mana yang lebih baik polisi yang terkantuk-kantuk di penjagaan atau polisi yang bernyanyi. Apalagi ketika itu tidak dilakukan sepanjang ia bekerja. Norman hanya melakukan itu sekitar enam menit saja.

Dari penjelasan Norman, ia mengaku berbuat itu justru untuk menghibur rekannya. Ia tidak secara sengaja pula merekam dan mengunnggahnya di YouTube. Bukan Norman yang memang mengunggah video yang terbukti menghibur jutaan orang di dunia yang melihatnya.

Kita bersyukur bahwa Polri menyadari kekeliruannya. Mereka menyatakan tidak akan menjatuhkan sanksi kepada Briptu Norman. Bahkan apa yang dimiliki Norman sebagai bakat yang harus dipupuk dan dikembangkan.

Banyak hal yang jauh lebih penting dilakukan Polri kalau mau menegakkan disiplin. Lebih banyak tindakan yang lebih memalukan dan mencoreng citra Polri dibandingkan dengan apa yang dilakukan Briptu Norman. Yang paling menonjol misalnya, keterlibatan jenderal polisi dalam rekayasa kasus Gayus Tambunan. Meski jelas-jelas bersalah tidak ada tindakan tegas yang dilakukan Polri.

Atau polisi yang kerjanya melakukan pungutan liar di jalan. Atau menjadi bagian dari kejahatan, baik dengan menjadi penjual narkoba atau mendirikan perusahaan jasa yang malah menakuti-nakuti masyarakat.

Namun, kita melihat Polri sering justru menutup mata dan tidak berupaya untuk menegakkan aturan. Esprit de corps diterapkan secara keliru. Itulah yang justru memurukkan citra polisi dan tidak habis-habisnya orang mengkritik perilaku polisi.

Apa yang terjadi dengan Briptu Norman semakin mengukuhkan bahwa kita memang sedang hidup di zaman yang berbeda. Teknologi informasi dan komunikasi bisa membuat orang berubah seketika. Briptu Norman yang tinggal jauh di Gorontola bisa menjadi sosok yang tiba-tiba ingin diketahui banyak orang.

Tingkah Norman yang dilakukan di sebuah pos penjagaan Brimob di Gorontalo tiba-tiba bisa ditonton oleh semua orang di seluruh dunia. Ketika ada sesuatu yang unik dilakukan, maka semua orang menjadi mau membicarakannya.

Briptu Norman tiba-tiba saja menjadi bintang televisi. Setelah diangkat sebagai berita pada program 8-11 Show di Metrotv, ia diundang oleh televisi-televisi hiburan. Dari bukan siapa-siapa (nobody), Briptu Norman kini menjadi seseorang (somebody).

Memang bisa juga hal yang buruk juga menjadi pembicaraan banyak orang. Kita tentunya mengharapkan fenomena Briptu Norman dilihat dari sudut yang positif. Bahwa menjadi terkenal sekarang ini bukan lagi menjadi perkara yang sulit.

kutipan www.metrotvnews.com - Sabtu, 9 April 2011 15:22 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar